Senin, 24 Juni 2013

RASIONAL DAN PENGERTIAN PENDEKATAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)

BAB  1
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Dalam kegiatan belajar-mengajar kita tidak lepas dari istilah pendekatan, yang kemudian lebih dikenal dengan pendekatan pembelajaran, namun sebelum itu terlebih dahulu kita harus mengetahui makna dari pendekatan, mengingat ini dasar kita seterusnya dalam mendalami materi ini. Pendekatan (approach) memiliki pengetahuan yang berbeda dengan strategi (Sanjaya Wina, 2007), Pendekatan bersifat filosofis paradigmatik ,yang mendasari aplkasi strategi dan metode. Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar pandangan terhadap sesuatu. Pendekatan dapat diimplementasikan dalam sejumlah strategi. Sedangkan, strategi adalah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Strategi dapat diimplementasikan dalam beberapa metode. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau imerupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Sedangkan strategi sendiri merupakan pola umum perbuatan guru peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Pendekatan merupakan dasar penentuan strategi yang akan diwujudkan dengan penentuan metode sedangkan metode merupakan alat yang digunakan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran.Jadi pendekatan lebih luas cakupanya dibandingkan dengan strategi. Untuk lebih jelasnya, selanjutnya akan dibahas mengenai rasional, pengertian, prinsip, dan indikator pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA),  pengertian pendekatan konsep dan pendekatan proses, pengertian pendekatan  deduktif dan pendekatan induktif dalam bab pembahasan.        .
1.2.   Rumusan masalah
  1. Apa Pengertian Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)?
  2. Apa pengertian Rasional pendekatan CBSA?
1.3. Tujuan

1.       Untuk mengetahui Pengertian Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
2.       Untuk mengetahui pengertian Rasional pendekatan CBSA

1.4. Manfaat
1.       Dapat. mengetahui Pengertian Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
2.       Dapat mengetahui pengertian Rasional pendekatan CBSA




BAB  2
PEMBAHASAN

2.1.Rasional, Pengertian Pendekatan Cara Belajar    Siswa Aktif (CBSA)
  1. Rasional Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Mengingat bahwa pebelajar selalu berarti harus aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar tertentu (natural, social dan atau kultural), maka penggalakan kembali Pendekatan CBSA harus dimaknai sebagai upaya mengoptimalkan keaktifan murid di dalam pembelajaran agar hasilbelajar juga menjadi optimal. Hal itu terutama karena adanya kenyataan obyektif yang dihadapi, serta harapan-harapan di masa depan. Beberapa kenyataan obyektif dan harapan tersebut (T. Raka Joni, 1985: 9-11;Sulo Lipu La Sulo, dkk, 2002:10) antara lain:
1.      Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin dipercepat sehingga bahan ajar (isi mata pelajaran) akan cepat menjadi usang. Dengan demikian pebelajar dituntut untuk terus belajar, sehingga dalam pembelajaran: hasil belajar sama pentingnya dengan penguasaan cara belajar yang tepat;
2.      Perkembangan yang cepat dari Teknologi Informasi dan Komunikasi atau TIK (information and communication technology atau ICT) sehingga terbuka peluang yang sangat besar untuk memperoleh informasi selain yang disampaikan guru di sekolah. Dengan kata lain, terdapat beragam sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh murid kapan dan di mana saja yang diinginkannya.
3.      Perubahan pandangan dan harapan tentang fungsi sekolah yakni dari fungsi seleksi (hanya yang unggul yang dapat lanjut) menjadi fungsi pengembangan (setiap murid dapat lanjut terus sesuai kemampuannya). Oleh karena itu, sekolah dituntut untuk berupaya sedemikian rupa sehingga semua murid dapat berkembang seoptimal mungkin sesuai kemampuan masing-masing. Di samping itu, sekolah diharapkan secra serentak menyiapkan peserta didiknya untuk mampu menyesuaikan diri dengan masyarakatnya (fungsi sosialisasi) dan untuk mampu membaharui masyarakatnya itu (agen pembaharuan).
Selanjutnya pembahasan tentang mengapa Pendekatan CBSA perlu diterapkan dalam pembelajaran, T. Raka Joni (1993: 60-66) mengemukakan 2 (dua) alasan utama sebagai berikut:
1.      Alasan yang bersifat teknis-psikologis yakni hakekat belajar adalah pengubahan pengetahuan- pemahaman yang berkelanjutan melalui proses pemberian makna (baik sisi intelektual maupun emosional) oleh pebelajar terhadap pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya, yang dibedakan atas:
a.       Kebermaknaan intelektual pengalaman pebelajar itu dapat berarti:
1.       Terasimilasikannya (terbaurkan) isi pengalamaan baru ke dalaam struktur kognitif yang telah ada (asimilasi kognitif), atau
2.       Termodifikasinya struktur kognitif untuk mengakomodasikan (menempatkan) pengalaman baru itu (akomodasi kognitif), dan
3.       Selain proses kognisi (asimilasi dan akomodasi), proses belajar yang efektif akan berdampak pada proses meta-kognisi yakni terjadinya kesadaran pebelajar atas proses kognisinya itu serta terbentuknya kemampuan untuk mengendalikan proses kognisinya itu, dengan kata lain: pebelajar belajar bagaimana belajar (learning how to learn)
b.      Kebermaknaan emosional pengalaman pebelajar berkaitan dengan kepemilikannya (sense of ownership) yakni pebelajar merasa bahwa isi pengalaman belajar itu penting baginya, baik pada saat mengalaminya maupun untuk waktu yang akan datang; motivasi intrinsik tersebut akan menjadi landasan terbentuknya kemampuan belajar mandiri
2.      Alasan yang bersifat pilihan nilai terkait dengan pembentukan manusia dan masyarakat Indonesia masa depan dalam kerangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan 3 (tiga ) ciri utama yakni kepekaan, kemandirian, dan tanggung jawab.
Dengan Pendekatan CBSA, yang sangat mengutamakan prakarsa dan keterlibatan murid (fisik, intelektual, dan atau emosional) dalam pembelajaran akan membekali murid bukan hanya pengetahuan, ketrampilan, dan atau sikap yang menjadi tujuan pembelajaran, tetapi juga mengembangkan kemampuan dan ketrampilan belajar yang terus dikembangkan/digunakan sepanjang hidupnya. Dengan kata lain: proses belajar dan hasil  belajar sama pentingnya, baik sebagai dampak pembelajaran maupun dampak pengiring.
  1. Pengertian Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) menekankan keaktifan semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran, dengan pengertian ” keaktifan dalam rangka CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, meskipun untuk mencapai maksud ini dalam banyak hal dipersyaratkan keterlibatan langsung  dalam pelbagai bentuk keaktifan Fisik” (T.Raka Joni, 1985:1). Dalam mengkaji derajat keaktifan dalam pembelajaran, McKeachie (1954, dari T.Raka Joni, 1985:2) mengemukakan 7 (tujuh) dimensi yang dapat menjadikan variasi kadar keaktifan dalam pembelajaran itu, yakni:
1.       Partisipasi murid dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
2.       Penekanan pada aspek afektif dalam pembelajaran
3.       Partisipasi murid dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, terutama yang terbentuk interaksi antar murid.
4.       Penerimaan guru terhadap perbuatan/kontribusi murid yang kurang relevan, bahkan salah;
5.       Kekohesifan kelas sebagai  kelompok,
6.       Kebebasan/kesempatan yang diberikan kepada murid untuk mengambil keputusan penting dalam kehidupan sekolah.
7.       Jumlah waktu yang dipergunakan untuk menanggulangi masalah pribadi murid.
Perlu ditekankan kembali bahwa ” CBSA adalah suatu pendekatan, bukan suatu metode atau teknik mengajar”.(T.Raka Joni, 1993: 54). Pendekatan pembelajaran adalah cara umum dan atau asumsi dalam memandang dan atau menyikapi pembelajaran serta permasalahannya, sehingga berdampak ibarat seseorang menggunakan kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam sekitarnya yang seluruhnya akan seperti warna kacamata itu, seperti pendekatan sistem dalam pembelajaran , dan lain-lain. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah suatu cara umum atau suatu gagasan konseptual tentang proses pembelajaran yang menurut T.Raka Joni (1993: 57):
”.....yang pada dasarnya (a)  melihat kegiatan belajar sebagai pemberian makna secara konstruktivistik terhadap pengalaman oleh pebelajar, dan (b) dengan dituntun asas ’Tut Wuri Handayani’ pengendalian kegiatan belajar harus meletakkan dasar bagi pembentukan prakarsa dan tanggung jawab belajar para pebelajar ke arah belajar sepanjang hayat”
Pendekatan CBSA sangat mengutamakan derajat keaktifan pebelajar (SD:murid) yang tinggi, baik keaktifan fisik maupun yang utama keaktifan mental (utamanya intelektual dan atau emosional). Keterlibatan pebelajar dalam proses pembelajaran itu dapat berbentuk sebagai berikut:
1.      Keterlibatan fisik, seperti melakukan pengukuran/perhitungan, pengumpulan dan pengolahan data dan sebagainya atau memperagakan suatu konsep/prinsip/dan lain-lain. Umpamanya untuk menanamkan konsep perkalian dalam matematika, murid diminta untuk memperagakannya secara berkelompok: konsep 3X4 diperagakan dengan mengambil sebanyak 3 kali dari setumpuk biji-bijian, dan setiap kali mengambil adalah 4 biji. Dengan keterlibatan fisik ini, secara berangsur konsep 3X4 akan terpahami, terlebih lagi kalau konsep 3X4 itu dibandingkan dengan konsep 4X3 yang 4 kali mengambil  dan setiap pengambilan 3 biji. Keterlibatan fisik ini akan lebih sering nampak dalam pembentukan ketrampilan motorik (dalam ranah psikomotorik)
2.      Keterlibatan mental, meliputi:
a.       Keterlibatan intelektual yang dapat berbentuk mendengarkan informasi dengan cermat, berdiskusi dengan teman sekelas, melakukan pengamatan terhadap suatu fakta atau peristiwa, dan sebagainya sehingga memberi peluang terjadinya asimilasi dan atau akomodasi kognitif terhadap pengetahuan baru tersebut;
b.       Keterlibatan intelektual dalam bentuk latihan ketrampilan intelektual seperti menyusun suatu rencana/program, menyatakan gagasan, dan sebagainya;
c.       Keterlibatan emosional dapat berbentuk penghayatan terhadap perasaan, nilai, sikap, dan sebagainya dalam ranah  afektif.
Interaksi guru-murid dalam situasi pembelajaran dapat terjadi 9 (sembilan) kemungkinan , yakni:
1.      Pembelajaran berlangsung optimal, karena guru dan murid terlibat dalam pembelajaran dengan intensif,
2.      Brain washing (cuci otak, indoktrinasi),
3.      Kegagalan pembelajaran, karena guru mengajar dengan intensif  tetapi murid tidak belajar,
4.      Hasil ikutan (by-product) karena guru mengajar seadanya tetapi murid belajar intensif,
5.      Hasil ikutan karena baik guru maupun murid tidak intensif dalam pembelajaraan, namun terjadi proses keteladanan, peniruan, osmosis, dan lain-lain,
6.      Ada situasi pembelajaran, tetapi murid tidak meresponnya,
7.      Murid belajar mandiri, karena guru tidak mengajar, tetapi murid belajar intensif,
8.      Guru tidak mengajar, tetapi murid belajar seadanya, seperti dalam rekreasi tanpa niat belajar,
9.      Ada kegiatan guru dan murid tetapi bukan pembelajaran (administrasi murid, bayar uang sekolah, dan lain-lain).









BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
1.      Rasional, Pengertian Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan CBSA perlu diterapkan dalam pembelajaran, T. Raka Joni (1993: 60-66) mengemukakan 2 (dua) alasan utama, yakni alasan yang bersifat teknis-psikologis yakni hakekat belajar adalah pengubahan pengetahuan- pemahaman yang berkelanjutan melalui proses pemberian makna (baik sisi intelektual maupun emosional) oleh pebelajar terhadap pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah suatu cara umum atau suatu gagasan konseptual tentang proses pembelajaran  Prinsip Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
3.2.  Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1.       Dengan adanya atau munculnya pendekatan pembelajaran ini dapat menjadi motivasi untuk berbenah yang lebih baik lagi..
2.       Semoga semakin berkembangnya .pendekatan-pendekatan  pembelajaran lainnya sehingga meningkatkan kualitas kegiatan belajar-mengajar,




















DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu dkk, Soli . 2009. Bahan Ajar Cetak Strategi Pembelajaran 3 SKS. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

KLASIFIKASI PEMBELAJARAN SECARA SEDERHANA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Kualitas pendidikan dalam pembelajaran sangatlah penting. Kami akan membahas dan mempelajari klasifikasi strategi pembelajaran secara sederhan.  Klasifikasi di artikan adalah pengelompokan, strategi di artikan adalah suatu raangkaian rencana kegiatan. Dalam klasifikasi strategi pembelajaran secara sederhana terdapat beberapa cara dasar klasifikasi strategi pembelajaran secara sederhana. Dalam berbagai dasar klasifikasi tersebut di samping bermanfaat sebagai kerangka acuan untuk memahami dengan lebih baik setiap strategi pembelajaran.
Pentingnya dalam suatu proses  pembelajaran maka pendidikan harus bisa memilih dan menentukan cara yang tepat untuk proses pembelajaran.

1.2. Rumusan masalah
1.      Apa saja dasar klasifikasi strategi pembelajaran secara sederhana?
2.      Apa saja bentuk model pembelajaran secara sederahana?
3.      Apa yang di maksud dengan pengertian strategi pembelajaran secara sederhana?
1.3.Tujuan
1.      Mengetahui dasar klasifikasi strategi pembelajaran secara sederhana.
2.      Mengetahui model pembelajaran secara sederha.
3.      Mengetahui pengertian dari strategi pembelajaran secara sederhana.













2.1. Pengertian strategi pembelajaran secara sederhana.
Pengertian diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti globe adalah model dari bumi, replica pesawat terbang yang biasa dipajang di travel/biro-biro perjalanan adalah model dari pesawat terbang, dsb. Secara khusus istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan. Dengan mengacu kepada pengertian khusus tersebut, model pembelajaran, menurut Joyce dan Weil (1986) adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran”.
Pada strategi pembelajaran tertutup, semua komponen pembelajaran seperti penentuan tujuan, materi/media/sumber-sumber belajar serta prosedur/langkah-langkah pembelajaran yang akan ditempuh/dilaksanakan di kelas, semuanya telah dirancang/dilakukan secara ketat oleh guru tanpa melibatkan siswa.. Dalam pada itu, pada strategi pembelajaran terbuka siswa diberi peluang/kesempatan untuk memberikan urunan dalam merancang/menentukan komponen-komponen pembelajaran termasuk dalam menentukan prosedur/langkah-langkah pembelajaran sementara pembelajaran berlangsung. Dari segi tujuan belajar, Robert Gagne (1984) mengelompokkan kondisi-kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai.
2.2. Dasar klasifikasi strategi pembelajaran secara sederhana.
     Dasar klasifikasi adalah kreteria atau titik tolak yang di gunakan utnuk mengolah sesuatu.
1.      Pengaturans guru dan siswa.
Ø  Pengaturan guru strategi pembelajaran oleh guru dan tim guru.
Ø  Hubungan guru dan siswa.
a.       Strategi pembelajaran tatap muka adalah pembelajaran dimana guru dan siswa berada dalam satu ruangan dengan interaksi pembelajaran.
b.      Strategi jarak jauh adalah pembelajaran dimana guru dan siswa tidak berada dalam suatu ruang kelas sehingga interaksi pembelajaran menggunakan media.
Ø Pengaturan siswa.
a.       Strategi pembelajaran individual yaitu pembelajaran yang di organisir secara individual.
b.      Strategi pembelajaran kelompok kecil yaitu pembelajaran dimana siswa-siswi di organisir dalam kelompok kecil.
c.       Strategi pembelajaran klasikal yaitu pembelajaran dimana sejumlah siswa di asumsikan memiliki usia dan kemampuan yang relatif sama di kumpulkan dalam suatu kelas.
2.      Pengolahan pesan
Ø Perana guru mengolah pesan.
a.       Strategi ekspositorik yaitu strategi pembelajaran yang lebih berorientasi pada guru dalam arti semua peran pembelajaran telah di olah dalm bentuk barang jadi oleh guru untuk selanjutnya di sampaikan kepada murid.
b.      Strategi hearustik merupakan strategi pembelajaran yang menghendaki siswa untuk lebih aktif dalm proses pngolahan pesan-pesan belajar.
Ø Proses pengulahan pesan
a.    Strategi deduktif adalah strategi pembelajaran dengan proses pengolahan pesan yang berlangsung yang bersifat umum ke sifat khusus.
b.    Strategi induksi adal strategi pemblajaran dengan proses pengolahan pesan yang berlangsung yang bersifat khusus ke sifat umum.
Ø Struktur peristiwa belajar mengajar.
         berdasarkan struktur peristiwa pembelajaran dapat di bedakan atas pembelajarn  tertutup dan pembelajaran terbuka.
Ø Tujuan pembelajaran.
                             Tujuan pembelajaran menurut Robert Gagne (1984) di bagi.
a.    Informasi verbal yaitu kemampuan untuk mengakari kembali secar verbal pengetahuan yang telah di milikinya.
b.    Kecakapan intelektual menunjukkan kepada kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup.
c.    Strategi kognitif menunjukkan kepada kemapuan proses pelajar dan mengolah proses berfikir.
d.   Ketrampian motorik menunjuk kepada kemampuan untuk melakukan rangkaian gerak gerik jasmani.
e.    Sikap dan nilan menunjukkan kepada kemampuan internal sangant berperan dan menentukan untuk bertindak.



2.3. Model pembelajaran.
            Berdasarkan karakteristik setiap model pembelajaran, Joyce dan Weil mengklasifikasikan model-model pembelajaran dan empat rumpun model.
a.       Rumpun model pengulahan informasi.
                Model ini menekan pada peserta didik agar memilih kemempuan untuk memproses informasi sehingga peserta didik berhasil dalam belajar adalah yang memiliki kemampuan dan memproses informasi terdapat tujuh model pembelajaran, yaitu:
1.      Pencapaian konsep
2.      Berpikir induktuif
3.      Latihan penelitian
4.      Pemandu awal
5.      Memorisasi
6.      Pengembangan intelek
7.      Penelitian ilmiah
b.      Rumpun model personal.
               Model ini memutuskan pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakan kemandirian yang produktif sehinga manusia menjadi semakin sadar. Terdapat empat model pembelajara.
1.      Pengajaran tanpa arahan
2.      Model senektik
3.      Latihan keradan
4.      Pertemuan kelas
c.       Model rumpun intraksi sosial
               Model ini memutik pada pengembangan kemampuan kerja sama pada siswa terdapat lima model pembelajaran.
1.      Infestigasi kelompok
2.      Bermain peran
3.      Penelitian yurisprodensial
4.      Pelatihan laboratoris
5.      Penelitian ilmu sosial



d.      Rumpun model sistem perilaku
               Model ini memutuskan perhatian pada perilaku yang terobservasi dan metode dan tugas yang di brikan dalam rangka mengumunikasikan keberhasilan terdapa lima model pembelajaran.
1.      Model tuntas
2.      Pembelajaran langsung
3.      Belajar kontrol diri
4.      Latihan pengambangan ketrampilan dan konsep
5.      Latihan assertif














BAB III
KESIMPULAN

3.1.            Kesimpulan di atas dapat di simpulkan strategi pembelajaran secara sederhana adalah pengelompokan suatu rangkaian rencana kegiatan dalam pembelajaran sederhana.